
Malem Selikuran merupakan sebuah tradisi yang sangat terkenal di
Indonesia, terutama di wilayah Jawa, yang dilakukan di malam sebelum Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini dikenal dengan berbagai sebutan di beberapa daerah, namun secara umum, Malem Selikuran merujuk pada malam yang penuh dengan keceriaan menyambut hari kemenangan bagi umat Muslim setelah menunaikan bulan puasa Ramadan. Aktivitas ini tidak hanya menjadi momen spiritual tetapi juga sosialisasi yang menguatkan hubungan antarwarga masyarakat.
Pengertian dan Asal Usul Malem Selikuran
Malam Sebelum Idul Fitri yang Penuh Makna
Secara harfiah, istilah Selikuran berasal dari bahasa Jawa yang merujuk pada malam sebelum Idul Fitri, atau yang biasanya disebut sebagai malam takbiran. Dalam tradisi ini, umat Islam bersatu untuk merayakan dan mengingat malam terakhir bulan Ramadan dengan melaksanakan aktivitas bersama seperti takbiran, doa bersama, dan kegiatan sosial lainnya.
Malam Selikuran dipenuhi dengan berbagai aktivitas yang mencerminkan sukacita menyambut Hari Raya Idul Fitri. Tidak hanya sekedar kegiatan keagamaan, tradisi ini juga menjadi kesempatan untuk saling berbagi kebahagiaan dengan tetangga dan saudara terdekat.
Asal Usul Tradisi
Tradisi Malem Selikuran telah ada sejak zaman dahulu, terutama di daerah Jawa. Meskipun dalam konteks sejarahnya mungkin berbeda-beda, banyak yang menyatakan bahwa tradisi ini berasal dari kebiasaan masyarakat yang mengadakan selametan atau tasyakuran dengan melibatkan semua anggota keluarga dan masyarakat sekitar pada malam takbiran. Puncaknya adalah dengan mendengarkan lantunan takbir, baik yang dilaksanakan di masjid maupun yang dilakukan oleh warga secara berkeliling kampung.
Kegiatan yang Dilakukan pada Malem Selikuran
Takbiran Keliling: Suasana Penuh Kegembiraan
Salah satu aktivitas utama pada Malem Selikuran adalah takbiran keliling. Warga akan berkumpul di masjid atau musala setelah shalat tarawih, kemudian bersama-sama menelusuri jalan-jalan desa atau kota sembari mengumandangkan takbir. Suasana yang tercipta sangat meriah karena banyak orang yang membawa berbagai alat musik tradisional seperti gendang atau beduk sebagai pelengkap suara takbir.
Takbiran keliling tidak hanya menjadi momen sakral bagi umat Muslim, tetapi juga menjadi momen sosial yang memperkuat hubungan antarwarga. Selain itu, banyak warga yang saling berbagi makanan atau jajanan tradisional, sehingga menumbuhkan semangat kebersamaan dan saling berbagi.
Persiapan Lebaran dan Kegiatan Keluarga
Selain takbiran, Malem Selikuran juga menjadi momen bagi keluarga untuk melakukan persiapan lebaran. Beberapa keluarga memilih untuk mengadakan acara nyekar atau mengunjungi makam leluhur sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Aktivitas ini melibatkan semua anggota keluarga dan biasanya dilakukan setelah shalat Isya. Selain itu, banyak keluarga yang juga menyiapkan hidangan khas lebaran, seperti ketupat, opor ayam, dan kue-kue tradisional.
Pada malam ini, banyak masyarakat yang juga berbelanja kebutuhan Lebaran seperti pakaian baru atau pernak-pernik untuk merayakan Idul Fitri. Malem Selikuran menjadi waktu yang baik untuk menyelesaikan semua persiapan dalam suasana penuh keceriaan.
Makna Sosial dan Spiritual dari Malem Selikuran
Meningkatkan Rasa Kebersamaan
Malem Selikuran bukan sekadar sebuah acara ritual, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga. Di banyak komunitas, kebersamaan dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri ini sangat penting untuk menjaga keharmonisan sosial. Selain itu, Malem Selikuran juga menjadi waktu bagi masyarakat untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan, baik dengan memberi sedekah maupun dengan berbagi makanan.
Merayakan Kemenangan Setelah Berpuasa
Secara spiritual, Malem Selikuran juga memiliki makna yang signifikan sebagai ungkapan syukur atas pencapaian melaksanakan ibadah puasa sepanjang bulan Ramadan. Malam ini menjadi lambang kemenangan dan kebahagiaan bagi umat Islam setelah berbulan-bulan berusaha menahan lapar, dahaga, dan keinginan. Malem Selikuran memberikan kesempatan untuk merenungkan perjalanan spiritual dan menyiapkan diri untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan jiwa yang suci dan bersih.