
Rumah Souraja, atau yang sering disebut Banua Oge, merupakan
rumah adat tradisional yang berasal dari suku Kaili, etnis utama di daerah Sulawesi Tengah, khususnya di kota Palu dan sekitarnya. Nama “Souraja” sendiri terdiri dari dua kata, yaitu Soura (bangsawan) dan Ja (rumah), sehingga berarti “rumah bangsawan” secara literal. Pada masa lalu, rumah ini merupakan tempat tinggal raja atau bangsawan dalam sistem pemerintahan kerajaan. Kini, keberadaan Rumah Souraja menjadi simbol kebesaran budaya dan identitas masyarakat Kaili.
Struktur dan Arsitektur Rumah Souraja
Bentuk dan Ciri Khas Arsitektur
Rumah Souraja dibangun dengan gaya rumah panggung, terbuat dari bahan utama kayu berkualitas tinggi seperti kayu ulin dan kayu meranti. Rumah ini memiliki bentuk memanjang dan berdiri di atas tiang-tiang kokoh setinggi meter dari tanah. Atapnya berbentuk pelana dan ditutup dengan sirap atau daun rumbia, memberikan nuansa alami dan tradisional. Salah satu ciri khas Rumah Souraja adalah tangga tunggal yang terletak di bagian depan rumah. Tangga ini menjadi simbol bahwa rumah ini hanya dihuni oleh kalangan tertentu, seperti bangsawan atau tokoh penting masyarakat. Jumlah anak tangganya pun tidak sembarangan—harus berjumlah ganjil sesuai dengan filosofi adat.
Pembagian Ruangan
Rumah Souraja terbagi menjadi tiga bagian utama: Lonta Karavana (teras depan), Lonta Tatangana (ruang tengah), dan Lonta Rorana (ruang belakang). Lonta Karavana berfungsi sebagai area penerima tamu dan biasanya terbuka, menjadi tempat berkumpul untuk acara adat atau menerima tamu kehormatan. Lonta Tatangana digunakan sebagai ruang utama keluarga dan tempat untuk melaksanakan kegiatan penting seperti musyawarah atau jamuan adat. Lonta Rorana merupakan bagian yang paling privat, digunakan sebagai kamar tidur atau ruang pribadi bagi penghuni rumah. Di kolong rumah, sering dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan peralatan pertanian, kayu bakar, atau sebagai kandang ternak kecil.
Ornamen dan Ukiran
Rumah Souraja didekorasi dengan ukiran khas Kaili yang memiliki makna yang mendalam. Motif seperti tumbuhan, burung, dan simbol keagamaan sering dijumpai pada tiang, dinding, dan kusen rumah. Warna yang digunakan didominasi oleh hitam, kuning, dan merah, yang masing-masing melambangkan kewibawaan, kejayaan, dan keberanian.
Fungsi Sosial dan Budaya Rumah Souraja
Simbol Status Sosial dan Identitas Budaya
Sebagai tempat tinggal para bangsawan, Rumah Souraja bukan sekadar hunian, tetapi juga simbol status sosial yang tinggi. Dahulu, tidak semua masyarakat Kaili diperkenankan membangun rumah serupa—hanya orang-orang tertentu seperti raja, kepala adat, atau bangsawan yang diizinkan membangun Souraja. Hal ini menunjukkan pentingnya struktur sosial dalam budaya Kaili. Kini, rumah ini telah menjadi ikon budaya dan sejarah yang memperkenalkan identitas masyarakat Sulawesi Tengah kepada generasi muda dan wisatawan.
Tempat Upacara Adat
Rumah Souraja sering dijadikan lokasi untuk mengadakan upacara adat, seperti pernikahan adat Kaili, pelantikan tokoh adat, dan pertemuan masyarakat. Dengan tata letak ruang yang luas dan terbuka, rumah ini sangat mendukung kegiatan sosial berskala besar. Selain itu, rumah ini juga menjadi tempat pelestarian budaya lokal. Acara kesenian tradisional seperti tarian dan musik daerah sering diadakan di halaman atau dalam ruang utama Souraja, menghidupkan kembali kekayaan tradisi leluhur.