
Gordang Sembilang merupakan salah satu instrumen musik tradisional
yang berasal dari Sumatera Utara, khususnya dari suku Batak. Instrumen musik ini memainkan peran penting dalam berbagai upacara adat dan budaya masyarakat Batak. Dengan suara khas dan teknik memainkan yang unik, Gordang Sembilang tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga sebagai simbol dari kekuatan serta keharmonisan sosial dalam budaya Batak. Artikel ini akan membahas lebih jauh mengenai Gordang Sembilang, sejarahnya, cara penggunaannya, serta kontribusinya dalam kehidupan masyarakat Batak.
Sejarah dan Asal Usul Gordang Sembilang
Asal Usul Gordang Sembilang
Gordang Sembilang terdiri dari dua kata, “Gordang” yang berarti drum besar dan “Sembilang” yang menunjuk pada jumlah gong dalam ansambel musik ini. Gordang Sembilang adalah alat musik yang digunakan dalam berbagai acara adat Batak, mulai dari pernikahan, upacara keagamaan, hingga perayaan-perayaan penting lainnya. Instrumen ini biasanya ditampilkan dalam kelompok besar dengan beberapa pemain yang masing-masing memainkan drum dan gong.
Gordang Sembilang pertama kali ditemukan dan digunakan oleh masyarakat Batak sebagai bagian dari ritual keagamaan mereka. Alat musik ini dianggap memiliki kekuatan magis yang dapat memanggil roh-roh leluhur atau dewa-dewa dalam kepercayaan Batak. Selain itu, Gordang Sembilang juga digunakan untuk mengekspresikan rasa syukur atas berkat yang diterima atau untuk merayakan pencapaian dalam kehidupan sosial.
Peran Gordang Sembilang dalam Kehidupan Sosial
Gordang Sembilang berperan sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat Batak. Tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, Gordang Sembilang juga menjadi simbol dari persatuan dan kekuatan komunitas. Ketika dimainkan, Gordang Sembilang sering kali disertai dengan tarian tradisional Batak, seperti Tari Tor Tor, yang melambangkan kesatuan dan kekompakan dalam komunitas.
Dalam upacara adat Batak, Gordang Sembilang digunakan untuk
mengiringi berbagai prosesi penting, seperti pernikahan, kelahiran, atau peringatan hari besar. Suara yang dihasilkan dari Gordang Sembilang diyakini dapat mengusir roh jahat dan memanggil energi positif. Oleh karena itu, alat musik ini memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Batak.
Bagaimana Gordang Sembilang Dimainkan
Komponen Gordang Sembilang
Gordang Sembilang terdiri dari beberapa komponen penting, yaitu drum besar (gordang) dan beberapa gong yang disusun dalam satu ansambel musik. Gordang itu sendiri adalah drum berbentuk besar yang terbuat dari kayu dengan kulit binatang sebagai membrannya. Drum ini dipukul dengan tongkat atau pemukul yang terbuat dari kayu.
Selain itu, terdapat gong yang digunakan sebagai pelengkap. Gong-gong ini memiliki berbagai ukuran dan biasanya dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul besar. Setiap gong memiliki nada yang berbeda, dan keseluruhan suara yang dihasilkan dari kombinasi gordang dan gong menciptakan harmoni yang sangat khas.
Cara Memainkan Gordang Sembilang
Untuk memainkan Gordang Sembilang, seorang pemusik akan duduk di depan drum besar (gordang) dan memukulnya dengan tongkat. Suara yang dihasilkan dari drum besar ini sangat keras dan bergema. Pemain gong akan memainkan gong-gong dengan cara dipukul untuk memberikan variasi suara yang lebih lembut dan melodius.
Musik Gordang Sembilang tidak hanya ditentukan oleh teknik memukul, tetapi juga oleh irama yang sangat penting. Irama yang dimainkan memiliki makna tersendiri, tergantung pada acara atau ritual yang sedang dilaksanakan. Terkadang, permainan Gordang Sembilang dapat berlangsung cukup lama, mengiringi tarian atau prosesi adat hingga selesai.