
Festival Musim Semi, yang lebih dikenal sebagai Tahun Baru Cina,
merupakan salah satu perayaan paling besar dan signifikan di Tiongkok. Acara ini tidak hanya dirayakan di Tiongkok, tetapi juga di berbagai negara yang memiliki populasi Tionghoa, termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia, dan lain-lain. Sebagai simbol persatuan, harapan baru, dan keberuntungan, Festival Musim Semi memiliki makna yang mendalam bagi jutaan orang di seluruh dunia. Artikel ini akan mengupas mengenai sejarah, adat istiadat, dan perayaan yang menyertainya.
Sejarah dan Asal Usul Festival Musim Semi
Festival Musim Semi atau Tahun Baru Cina memiliki sejarah yang sangat tua, dimulai lebih dari 4. 000 tahun yang lalu. Asalnya terkait dengan perayaan pertanian yang merayakan datangnya musim semi, saat alam kembali hidup setelah masa dingin. Festival ini menandai perubahan dalam siklus pertanian, yang menjadi simbol harapan untuk kemakmuran dan hasil panen yang baik di tahun mendatang.
Menurut legenda, terdapat kisah tentang makhluk bernama Nian yang muncul dari pegunungan untuk menyerang desa-desa dan memakan manusia setiap awal tahun baru. Masyarakat kemudian belajar untuk menakuti Nian dengan suara keras, cahaya terang, serta penggunaan warna merah, yang kemudian menjadi bagian dari tradisi perayaan Tahun Baru Cina, termasuk penggunaan kembang api, lentera merah, dan pakaian berwarna merah.
Festival ini juga sangat terkait dengan zodiak Tiongkok yang terdiri dari 12 hewan. Setiap tahun baru Tiongkok diasosiasikan dengan salah satu hewan dari zodiak tersebut, memberikan karakter dan energi tertentu yang diyakini memengaruhi kehidupan sepanjang tahun.
Tradisi dan Persiapan Festival Musim Semi
Persiapan untuk Tahun Baru Cina dimulai jauh-jauh hari sebelum hari H. Rumah-rumah dibersihkan untuk mengusir keberuntungan yang buruk dan mengundang nasib baik. Selain itu, orang-orang membeli bahan makanan, dekorasi, dan busana baru yang dianggap membawa keberuntungan.
Salah satu tradisi yang menonjol adalah menikmati makan malam keluarga pada malam Tahun Baru. Makan malam tersebut merupakan waktu yang dihargai, di mana seluruh keluarga berkumpul untuk menikmati hidangan khas, seperti ikan (yang melambangkan kemakmuran), dumpling (yang melambangkan keberuntungan), dan kue beras ketan (yang melambangkan kebersamaan dan kemakmuran). Saat malam tiba, orang-orang sering kali mengucapkan harapan baik dan berkah untuk tahun yang akan datang.
Di samping itu, tradisi memberikan angpao (amplop merah yang berisi uang) kepada anak-anak dan orang yang lebih muda juga memiliki peran penting. Angpao dianggap sebagai simbol keberuntungan dan harapan untuk memberdayakan penerima dengan kekayaan dan kebahagiaan di tahun yang baru.
Perayaan dan Aktivitas Selama Festival
Selama Festival Musim Semi, beragam kegiatan meriah diadakan. Salah satu yang paling dikenal adalah parade barongsai dan naga, yang sering dapat ditemukan di berbagai tempat, baik di jalan-jalan utama maupun di lingkungan permukiman. Tarian barongsai yang berwarna-warni dan penuh energi ini bertujuan untuk mengusir roh jahat dan mendatangkan keberuntungan untuk semua orang.
Selain itu, petasan dan kembang api menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan ini. Suara petasan yang nyaring diyakini mampu mengusir roh-roh jahat dan mendatangkan nasib baik, sementara kembang api yang beraneka warna menambah keceriaan suasana malam tahun baru.
Di hari pertama tahun baru, banyak orang juga melakukan kunjungan ke rumah-rumah keluarga dan teman-teman untuk mengucapkan selamat tahun baru dan berbagi kebahagiaan. Ini adalah saat yang tepat untuk mempererat ikatan di antara keluarga dan sahabat.
Hari-Hari Sesudah Tahun Baru
Festival Musim Semi dirayakan tidak hanya pada hari pertama, tetapi juga berlangsung selama 15 hari, yang disebut Festival Lentera pada hari ke-15. Pada hari tersebut, masyarakat merayakan dengan menyalakan lentera berwarna dan menikmati hidangan khas, seperti tangyuan (bola ketan yang berisi gula) yang melambangkan persatuan dan keharmonisan keluarga.