
Festival Perahu Naga atau Duanwu Festival (端午节) merupakan salah
satu perayaan tradisional paling populer di Tiongkok. Perayaan ini dilaksanakan pada hari kelima bulan kelima dalam kalender lunar Tiongkok, yang biasanya jatuh di bulan Juni. Festival ini tidak hanya merayakan lomba perahu naga yang memacu adrenalin, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang mendalam. Artikel ini akan mengeksplorasi sejarah, tradisi, dan kegiatan utama yang diadakan selama Festival Perahu Naga.
Sejarah dan Asal Usul Festival Perahu Naga
Festival Perahu Naga pertama kali dirayakan lebih dari dua milenium yang lalu dan memiliki hubungan erat dengan kisah Qu Yuan, seorang penyair serta pegawai di Kerajaan Chu pada masa Negara-Negara Berperang (475-221 SM). Dalam narasinya, Qu Yuan dikenal sebagai pejabat yang setia dan berpandangan jauh ke depan, namun setelah dikhianati oleh pejabat lain, ia diasingkan ke sebuah pulau. Pada tahun 278 SM, saat mendengar bahwa ibukota Kerajaan Chu telah jatuh ke pihak musuh, Qu Yuan sangat terluka dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke Sungai Miluo.
Ketika rakyat mengetahui tentang kematiannya, mereka merasa sangat terkejut dan berduka. Untuk mencegah ikan dan roh jahat dari memakan tubuh Qu Yuan, mereka mengarungi sungai menggunakan perahu dan melemparkan zongzi (makanan berisi ketan) ke dalam sungai sebagai bentuk pengorbanan. Mereka juga mendayung perahu dengan cepat agar suara yang dihasilkan mampu mengusir roh jahat. Sejak saat itu, aktifitas ini telah menjadi bagian dari tradisi Festival Perahu Naga.
Tradisi dan Aktivitas Selama Festival Perahu Naga
Lomba Perahu Naga: Perayaan yang Penuh Aksi
Salah satu kegiatan utama yang tak terpisahkan dari Festival Perahu Naga adalah lomba perahu naga. Perlombaan ini biasanya dilakukan di sungai atau danau besar, di mana tim perahu yang terdiri dari banyak orang mendayung perahu berbentuk naga yang berwarna-warni. Perahu naga ini memiliki panjang yang bervariasi dan dihiasi dengan bentuk naga di bagian depan, dan tim perahu akan mengayuh dengan semangat mengikuti irama drummer yang memimpin di bagian depan.
Lomba perahu naga bukan sekadar ajang olahraga, tetapi juga merupakan tradisi yang sangat dihormati di banyak daerah di Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya. Perlombaan ini memiliki makna simbolis sebagai penghormatan kepada Qu Yuan, serta untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan bagi komunitas.
Zongzi: Hidangan Khusus yang Menghormati Para Leluhur
Pada saat Festival Perahu Naga, zongzi adalah hidangan khas yang wajib ada. Zongzi terdiri dari nasi ketan yang dibungkus dengan daun bambu dan diisi dengan berbagai bahan seperti daging babi, kacang merah, dan terkadang kunir. Penyajian zongzi sangat terkait dengan legenda Qu Yuan, di mana masyarakat melemparkan zongzi ke sungai untuk menghormati arwah Qu Yuan dan mencegah gangguan dari roh jahat terhadap tubuhnya.
Selain itu, zongzi juga memiliki arti simbolis dalam mendekatkan hubungan keluarga dan sahabat, karena tradisi membuat dan membagikan zongzi biasanya dilakukan secara bersama. Setiap keluarga memiliki resep dan variasi zongzi yang unik, menjadikan makanan ini bagian dari identitas budaya keluarga tersebut.
Aktivitas Lain: Menyantap Anggur Realgar dan Camilan
Salah satu kebiasaan lainnya adalah meminum anggur realgar, yang dianggap mampu mengusir penyakit dan roh jahat. Realgar merupakan jenis ramuan tradisional yang berasal dari bijih mineral berwarna merah dan dikenal dapat menanggulangi racun serta penyakit. Kegiatan ini sering dilakukan oleh keluarga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran sepanjang tahun.
Selain itu, pada hari Festival Perahu Naga, banyak orang disuguhkan dengan camilan khas, seperti kue berbentuk ular dan berbagai hidangan ringan lainnya yang menambah meriah suasana festival.
Festival Perahu Naga: Lebih dari Sekadar Perayaan
Festival Perahu Naga tidak hanya berkaitan dengan perlombaan perahu dan makanan, tetapi juga tentang penghormatan terhadap sejarah dan pelestarian budaya. Acara ini menjadi momen untuk mengenang Qu Yuan, seorang tokoh yang setia kepada bangsanya, serta memperkuat ikatan sosial di antara keluarga dan komunitas. Dengan perlombaan perahu yang penuh semangat, makanan lezat, dan tradisi yang dilanjutkan dari generasi ke generasi, Festival Perahu Naga menjadi simbol kekuatan komunitas, keberanian, dan penghormatan kepada nenek moyang.