
Adat Kasada adalah salah satu tradisi yang sangat unik dan terkenal di
Indonesia, khususnya di area Jawa Timur. Adat ini merupakan ritual yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat suku Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo. Dalam upacara ini, masyarakat melakukan berbagai macam ritual sebagai ungkapan persembahan dan rasa syukur kepada Sang Pencipta serta untuk meminta keselamatan bagi kehidupan mereka. Upacara Kasada telah berlangsung sejak zaman nenek moyang dan terus dilestarikan hingga saat ini.
Sejarah dan Asal Usul Adat Kasada
Asal Usul Legenda Kasada
Adat Kasada berkaitan erat dengan mitos atau legenda yang berasal dari folklore suku Tengger. Berdasarkan legenda, pada zaman dahulu, ada seorang raja yang sangat kaya bernama Roro Anteng dan Joko Seger yang memerintah di kerajaan Tengger. Mereka telah berupaya untuk memiliki keturunan, tetapi gagal. Karena kesulitan ini, mereka kemudian berdoa kepada Sang Hyang Widi, Tuhan Yang Maha Esa, untuk dianugerahi anak sebagai berkah. Doa mereka pun terkabul, dan mereka akhirnya memiliki seratus anak.
Namun, sebagai tanda syukur atas karunia Tuhan, mereka diminta untuk mengorbankan anak yang paling mereka cintai sebagai bentuk persembahan kepada Tuhan. Oleh karena itu, dalam setiap upacara Kasada, masyarakat Tengger membawa berbagai jenis sesajen dan hasil pertanian ke Gunung Bromo sebagai bentuk persembahan untuk Dewa Brahma, yang diyakini oleh suku Tengger sebagai dewa yang menguasai gunung tersebut.
Perkembangan Tradisi Adat Kasada
Seiring berjalannya waktu, adat Kasada berkembang menjadi ritual tahunan yang diikuti oleh masyarakat Tengger dan banyak masyarakat luar yang tertarik untuk melihat keunikan tradisi ini. Setiap tahun, upacara Kasada dilaksanakan pada bulan Kasada (bulan ke-10 dalam penanggalan suku Tengger), dengan puncaknya biasanya terjadi pada malam tanggal 14 atau 15.
Meskipun dimulai dari legenda yang memiliki unsur keagamaan, upacara Kasada kini lebih banyak dipengaruhi oleh nuansa adat dan budaya, dengan tetap mempertahankan makna filosofisnya yang mendalam.
Pelaksanaan Upacara Kasada
Proses Upacara dan Ritual Persembahan
Upacara Kasada dimulai dengan masyarakat yang membawa hasil bumi, bunga, beras, dan berbagai jenis persembahan lainnya. Mereka lalu berkumpul di sekitar Kawah Gunung Bromo untuk meletakkan sesajen tersebut. Sebagian besar masyarakat meyakini bahwa Dewa Brahma akan menerima persembahan mereka dan memberikan berkah serta keselamatan.
Prosesi pelemparan sesajen ke kawah Bromo menjadi puncak acara, di mana masyarakat melemparkan hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan, beras, bahkan hewan ternak ke dalam kawah gunung. Ritual ini dilakukan dengan penuh rasa khidmat, melibatkan banyak keluarga, dan biasanya disaksikan oleh ribuan wisatawan.
Makna dan Filosofi Adat Kasada
Adat Kasada tidak hanya berfungsi sebagai ritual keagamaan, tetapi juga mengandung pesan moral yang kuat, yaitu rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkat yang diberikan dalam kehidupan. Selain itu, upacara ini juga mencerminkan hubungan erat antara manusia dan alam, serta rasa hormat terhadap gunung yang dianggap sebagai tempat suci.
Dalam adat Kasada, terdapat juga nilai kebersamaan, di mana masyarakat saling membantu untuk menyiapkan dan melaksanakan upacara ini. Masyarakat suku Tengger percaya bahwa melalui kebersamaan dan persembahan ini, mereka akan mendapatkan keselamatan dan keberkahan.