
Palembang, ibu kota Sumatera Selatan, tidak hanya terkenal dengan
kuliner khasnya seperti pempek, tetapi juga dengan berbagai tradisi budaya yang masih dijaga. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Palembang adalah Ngobeng.
Ngobeng adalah tradisi makan bersama yang dilakukan saat ada hajatan atau acara besar, seperti pernikahan, khitanan, atau acara adat lainnya. Tradisi ini mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat Palembang, di mana para tamu yang datang tidak hanya menikmati hidangan, tetapi juga berpartisipasi dalam suasana kebersamaan yang akrab.
Makna dan Filosofi Ngobeng
Simbol Kebersamaan dan Gotong Royong
Ngobeng memiliki makna yang mendalam, yaitu sebagai bentuk kebersamaan dalam masyarakat. Tradisi ini mengajarkan bahwa dalam suatu acara, terutama hajatan, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh tuan rumah, tetapi juga oleh kehadiran dan partisipasi tamu yang hadir.
Dalam budaya Palembang, seseorang yang menghadiri acara hajatan
bukan sekadar tamu yang pasif, melainkan dianggap sebagai bagian dari keluarga besar yang memiliki peran dalam memeriahkan dan mendoakan acara tersebut.
Bentuk Rasa Syukur
Selain sebagai simbol kebersamaan, Ngobeng juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki dan berkah yang diberikan. Oleh karena itu, makanan yang disajikan dalam acara Ngobeng sering kali merupakan hasil gotong royong dari keluarga besar atau tetangga sekitar yang membantu dalam persiapan.
Prosesi Tradisi Ngobeng
Waktu Pelaksanaan
Tradisi Ngobeng biasanya dilakukan dalam berbagai acara besar, seperti:
Pernikahan – Sebelum atau sesudah akad nikah sebagai bentuk perayaan.
Khitanan – Sebagai ungkapan rasa syukur atas prosesi khitan seorang anak.
Syukuran – Misalnya untuk peringatan hari besar Islam atau pencapaian tertentu dalam keluarga.
Tahapan Pelaksanaan
Persiapan Makanan
Makanan disiapkan secara gotong royong oleh keluarga besar atau tetangga yang membantu.
Hidangan yang disajikan biasanya terdiri dari nasi minyak, pindang ikan patin, ayam panggang, dan lauk khas Palembang lainnya.
Penyajian Makanan
Makanan disajikan dalam nampan besar yang disebut “dulang” dan diletakkan di tengah-tengah tempat duduk tamu.
Biasanya, satu dulang dimakan bersama oleh beberapa orang, sehingga menciptakan suasana akrab.
Makan Bersama
Para tamu duduk melingkar dan makan bersama tanpa menggunakan sendok dan garpu, tetapi langsung dengan tangan sebagai bentuk keakraban.
Sambil makan, mereka bercengkrama santai dan saling bertukar cerita, mempererat hubungan sosial dalam komunitas.
Penutupan Acara
Setelah selesai makan, tamu mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah.
Beberapa tamu yang dekat dengan tuan rumah sering kali membantu membersihkan sisa makanan dan merapikan tempat.
Peran Ngobeng di Era Modern
Di era modern ini, tradisi Ngobeng masih dilaksanakan, meskipun dalam beberapa acara sudah mengalami sedikit perubahan. Beberapa orang kini lebih memilih prasmanan sebagai cara penyajian makanan. Namun, dalam acara tradisional dan di desa-desa, Ngobeng masih bertahan sebagai bagian dari identitas budaya Palembang.
Tradisi ini terus diajarkan kepada generasi muda agar mereka tetap memahami nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Palembang.