
Budaya Jawa memiliki banyak tradisi yang mengandung makna
mendalam, salah satunya adalah upacara ruwatan. Upacara ini diyakini sebagai cara untuk membersihkan diri dari kesialan, kutukan, atau nasib buruk yang dikenal sebagai sukerta.
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, individu yang dianggap sukerta (orang yang dipandang memiliki potensi mendatangkan kesialan) perlu menjalani ruwatan agar terhindar dari bahaya. Ruwatan bukan hanya sekadar sebuah ritual, melainkan juga simbol spiritual untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan menjaga keseimbangan hidup.
Lalu, bagaimana bentuk upacara ruwatan? Siapa saja yang perlu
mengikutinya? Mari kita monggoh lebih lanjut dalam artikel ini.
Apa Itu Upacara Ruwatan?
Makna dan Tujuan Upacara Ruwatan
Secara umum, ruwatan berasal dari kata “ruwat”, yang berarti membersihkan atau menyucikan. Tradisi ini memiliki tujuan sebagai berikut:
Menghilangkan aura negatif atau kesialan dalam kehidupan.
Menjaga keseimbangan dan harmoni dengan alam serta sesama.
Mendapatkan perlindungan dari Tuhan agar hidup lebih baik.
Menjauhkan diri dari bencana dan kesulitan.
Ruwatan sering dilakukan oleh individu yang dianggap memiliki sukerta atau berada dalam kondisi tertentu yang dianggap berisiko mengalami bala.
Siapa yang Harus Diruwat?
Dalam kepercayaan Jawa, terdapat beberapa kelompok yang dipandang perlu diruwat karena masuk dalam kategori sukerta, antara lain:
Anak tunggal (Ontang-Anting)
Anak tunggal dianggap rentan terhadap gangguan roh halus atau nasib buruk.
Anak kembar buncing (laki-laki dan perempuan)
Kombinasi ini dipandang tidak biasa dan perlu disucikan agar tidak mendatangkan kesialan.
Anak tiga bersaudara yang semuanya laki-laki atau perempuan
Disebut juga dengan istilah “Sendang Kapit Pancuran” (perempuan diapit laki-laki) atau “Pancuran Kapit Sendang” (laki-laki diapit perempuan).
Orang yang sering terkena kesialan dalam hidup
Mereka yang merasa hidupnya penuh rintangan atau selalu mengalami kegagalan juga dapat mengikuti ruwatan.
Pemimpin atau pejabat yang ingin membersihkan diri dari energi negatif
Beberapa orang yang memegang tanggung jawab besar di masyarakat juga melaksanakan ruwatan untuk keberkahan dalam kepemimpinan mereka.
Prosesi Upacara Ruwatan
Persiapan Upacara
Sebelum upacara ruwatan dilakukan, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan:
Menentukan hari baik sesuai dengan perhitungan kalender Jawa.
Mengundang dalang atau pemuka adat yang akan memimpin upacara.
Menyiapkan sesaji, seperti tumpeng, bunga, dan dupa.
Memilih tempat suci, seperti sungai, pantai, atau lokasi tertentu yang diyakini memiliki kekuatan spiritual.
Ritual Upacara Ruwatan
Upacara ruwatan biasanya dilaksanakan melalui beberapa tahap berikut:
Pembacaan Doa dan Mantra
Pemimpin ritual akan membacakan doa-doa khusus untuk meminta perlindungan dan berkah dari Tuhan. Doa ini bisa berasal dari ajaran Islam, Hindu-Jawa, atau kepercayaan lokal lainnya.
Pagelaran Wayang Kulit Ruwatan
Dalam tradisi Jawa, ruwatan sering disertai dengan pagelaran wayang kulit yang menampilkan lakon khusus, seperti Sudamala atau Murwakala. Cerita ini menggambarkan usaha seseorang untuk membersihkan diri dari kutukan dan meraih kebebasan spiritual.
Mandi atau Siraman
Peserta ruwatan akan dimandikan dengan air suci yang dicampur bunga tujuh rupa. Prosesi ini melambangkan pembersihan diri dari segala bentuk kesialan dan energi negatif.
Pemotongan Rambut
Dalam beberapa jenis ruwatan, rambut peserta akan dipotong sebagai simbol melepaskan diri dari nasib buruk. Rambut yang dipotong kemudian dihanyutkan ke sungai atau laut.
Pembagian Berkat atau Sesaji
Setelah upacara selesai, sesaji makanan dibagikan kepada para tamu sebagai simbol berbagi rezeki dan keberkahan.
Makna Upacara Ruwatan dalam Kehidupan Modern
Meskipun tradisi ruwatan berasal dari kepercayaan kuno, sampai sekarang masih banyak masyarakat Jawa yang melaksanakannya. Bahkan, beberapa individu dari latar belakang modern masih percaya akan manfaat spiritual dari upacara ini, baik sebagai wujud introspeksi diri maupun sebagai bagian dari budaya yang harus dijaga. Bagi sebagian orang, ruwatan bukan sekadar tentang menghilangkan kesialan, melainkan juga menjadi saat untuk memperbaiki diri, menguatkan ikatan dengan keluarga, dan mencari ketenangan batin. Di zaman modern, ruwatan juga sering dihubungkan dengan psikologi dan spiritualitas, di mana seseorang berusaha menenangkan diri dari stres kehidupan melalui ritual yang memiliki arti mendalam.