
Indonesia memiliki banyak kebudayaan yang diwariskan
secara turun-temurun, salah satunya adalah tradisi wetonan yang berakar dari budaya Jawa. Wetonan bukan hanya perhitungan hari kelahiran seseorang, tetapi juga memiliki makna yang dalam dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Dalam pandangan masyarakat Jawa, weton digunakan untuk berbagai tujuan, seperti menentukan karakter seseorang, meramal nasib, hingga memilih hari baik untuk pernikahan atau acara penting lainnya. Tradisi ini masih terus diterapkan hingga saat ini, meskipun beberapa orang mulai mengadaptasinya dengan cara yang lebih modern.
Lalu, apa sesungguhnya tradisi wetonan itu? Bagaimana cara perhitungannya dan apa maknanya dalam kehidupan masyarakat Jawa? Artikel ini akan membahasnya secara mendetail.
Apa Itu Tradisi Wetonan?
Pengertian Wetonan
Wetonan berasal dari kata “weton”, yang merujuk pada hari lahir seseorang berdasarkan kalender Jawa. Berbeda dengan kalender Gregorian yang hanya menghitung tanggal lahir, weton dalam budaya Jawa menghitung hari pasaran, yaitu lima siklus hari dalam penanggalan Jawa yang terdiri dari:
Legi
Pahing
Pon
Wage
Kliwon
Setiap orang yang lahir di Jawa memiliki weton yang dihitung
berdasarkan kombinasi antara hari dalam kalender Gregorian (Senin-Minggu) dengan hari pasaran Jawa. Misalnya, seseorang yang lahir pada Senin Kliwon memiliki weton tersebut sebagai dasar perhitungan kehidupannya.
Perhitungan Weton
Setiap hari dalam kalender Jawa dan pasaran memiliki nilai angka tertentu yang disebut neptu. Nilai ini digunakan untuk berbagai perhitungan dalam tradisi wetonan. Berikut adalah daftar neptu masing-masing hari:
Hari Masehi:
Minggu (5)
Senin (4)
Selasa (3)
Rabu (7)
Kamis (8)
Jumat (6)
Sabtu (9)
Hari Pasaran:
Legi (5)
Pahing (9)
Pon (7)
Wage (4)
Kliwon (8)
Sebagai contoh, seseorang yang lahir pada Selasa Pon:
Neptu Selasa = 3
Neptu Pon = 7
Total neptu = 3 + 7 = 10
Dari total neptu ini, orang Jawa dapat menganalisis karakter, rezeki, jodoh, dan bahkan kecocokan dalam pernikahan.
Makna dan Fungsi Weton dalam Kehidupan Masyarakat Jawa
Menentukan Karakter Seseorang
Dalam budaya Jawa, weton seseorang diyakini dapat mencerminkan sifat dan kepribadian seseorang. Individu yang mempunyai neptu tinggi biasanya dianggap memiliki energi yang besar dan pengaruh kuat dalam kehidupannya. Sebaliknya, orang dengan neptu rendah cenderung lebih tenang dan lembut.
Contohnya:
Orang dengan weton Rabu Pahing (16 neptu) dianggap mempunyai kepemimpinan yang kuat.
Orang dengan weton Jumat Wage (10 neptu) umumnya lebih sabar dan sederhana.
Digunakan dalam Primbon Jawa
Primbon Jawa adalah kitab yang berisi perhitungan tradisional untuk menentukan berbagai aspek kehidupan berdasarkan weton. Beberapa kegunaan weton dalam primbon antara lain:
Mencari hari baik untuk pernikahan (hari pernikahan)
Menentukan rezeki seseorang
Menganalisis kecocokan pasangan sebelum menikah
Meramal kejadian penting dalam hidup
Ritual Wetonan sebagai Bentuk Syukuran
Dalam keluarga Jawa, ritual wetonan sering dilaksanakan sebagai bentuk syukuran untuk merayakan hari lahir seseorang berdasarkan weton. Umumnya, tradisi ini dilakukan dengan doa bersama, tumpengan, dan berbagi makanan dengan tetangga.
Wetonan juga dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan usaha untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan seseorang.
Kontroversi dan Perkembangan Wetonan di Era Modern
Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi wetonan mengalami berbagai adaptasi. Beberapa masyarakat masih menjalankannya dengan keyakinan penuh, sementara yang lain menganggapnya sebagai warisan budaya yang lebih simbolis.
Di sisi lain, ada juga yang meragukan relevansi perhitungan weton dengan kehidupan modern, terutama bagi mereka yang lebih mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengambilan keputusan.
Namun, untuk banyak orang Jawa, tradisi wetonan masih memiliki arti yang mendalam. Bahkan, dalam sejumlah keluarga, tradisi ini masih dipakai untuk menentukan keputusan-keputusan penting, seperti pemilihan tanggal pernikahan atau usaha bisnis.